Idaman Sekaligus Tantangan
Memasuki ruangan berukuran kurang lebih 4×6 meter itu, suasana nampak produktif melakukan aktivitas keredaksian.
Mulai dari mengetik naskah berita, editing foto dan diskusi mengenai listing berita. Sesekali salah satu dari mereka berada dipojok ruangan. Amat serius membaca dan mengedit tulisan bertatap muka dengan mahluk bernama komputer. Disebelahnya, nampak pria paruh baya dengan rambut memutih membuka refrensi berita salah satu situs yang konon pusat kantor beritanya Indonesia, sembari mengecheck email masuk.
Disanalah ruangan para wartawan senior maupun pemula tiap harinya berinterkasi ketika sore menjelang. Termasuk saya, yang akan menjadi bagian dari salah satu mereka. Jejeran komputer yang membetuk persegi panjang tersebut adalah medium para “kuli tinta” sekaligus mata, hati dan telinga masyarakat. Tiap hari kuli itu membahasakan realitas di lapangan dalam bentuk tulisan (berita).
Kali pertamanya masuk ke dapur redaksi ternyata seperti itu! Hah! Bahan obrolan disana semuanya berbau informasi sesuai dengan fungsi dari pers situ sendiri. Selain edukasi, hiburan dan control sosial. Setahuku selama ini, surat kabar yang di nikmati orang banyak ternyata mendapat proses sentuhan yang panjang dan melelahkan. Menguras otak pula!
Meskipun aktif di pers mahasiswa kampus yang fungsi sebagai media informasi mahasiswa, toh, ternyata masih amat jauh dari kesan sebenarnya, pers itu seperi apa. Dan di sana, saya di bukakan pintu awal mengenai arus informasi dan proses jurnalistik sesungguhnya. Spontanitas kepalaku penat.
Tanggung jawab moral, disiplin yang tinggi, nyelimet dalam mengumpulkan, menyusun,mengolah hingga menerbitkan menjadi sebuah media yang pantas dibaca dan mencerdaskan publik. Tentu bukan pekerjaan ringan.
Dan tibalah ketika saat diberikan breifing oleh Pemimpinan Redaksi. Saya mulai masuk dalam ruangan dan disana tahap eksekusinya :)*dramatis, biar sedikit miris* Banyak pengarahan diberikan, terkait tetek bengek media cetak. Dari visi kedepan, tanggung jawab sebagai seorang wartawan hingga gaya tulisan yang nanti menjadi karakter media tersebut.
Saya Cuma bisa terdiam. Menganggut semaksimal mungkin tanpa ada pertanyaan. rencananya saya mengisi rubrik mingguan untuk koran tersebut, berhubung status saya sebagai mahasiswa dan sedang “diwajibkan” menyelesaikan studi akhir (skripsi) plus sebagai pengurus d ipers kampus, saya terbilang nekad mengambil keputusan ini. Menjadi wartawan! Idaman sekaligus tantangan.
Apalgi tanpa seizin siapapun termasuk orang tua. Karena memang sengaja tidak memberitahukan. Yang jelas meraka tahu kalau saya sibuk dikampus . Titik . Itu saja. Bermodalkan nekad dan semangat. Semoga dikemudian hari langkah ini membuat saya bisa kuat apalagi pasca lulus kuliah, yang merupakan momok bagi sebagain besar mahasiswa yang maunya serba praktis. 🙂
Posted on 09/02/2012, in Refleksi and tagged Koran, Pemimpin Redaksi, Redaksi, Skripsi, Wartawan. Bookmark the permalink. 2 Comments.
good… 😀
tetep semangat !!!!
ok, makasi semangatnya mbk 🙂